Rabu, 30 Januari 2013

Perubahan Lebih Baik

"Allah memberi kita usia panjang untuk kita memperbaiki diri. Semakin lama kita hidup di dunia, semakin banyak dosa yang mendekati kita. Itulah, kita sebagai manusia, makhluk sempurna ciptaan Allah hendaknya menepis atau mengurangi dosa. Perbaiki dirimu, berbuat baik lah kepada sesama, dan berubahlah menjadi hamba yang diinginkan Allah"

Demikian Bapak berkata ketika kemarin saya baru menginjak usia 21 tahun. Saya terharu dengan apa yang diucapkan Bapak lewat sms itu. Dan secara tidak langsung juga menjadi tertuntut. Semua orang menginginkan menjadi yang terbaik dan lebih baik. Itu juga yang saya lakukan, mungkin juga kalian semua. Tapi tahukah, untuk menjadi yang terbaik dan lebih baik itu PROSES. Proses pembelajaran yang membuat kita menjadi dewasa. Tua umur belum tentu dewasa hati. Ingat itu teman-teman :)
Saya terlahir sebagai anak tunggal. Saya anak yang manja dan keras kepala. Tapi saya merasa sejak SMA saya sudah tidak manja lagi. Begitu juga Bapak dan Ibuk berkata :)
Keras kepala? Namanya watak mau digimanain lagi :p sudah mendarah daging. Hehe. Mungkin kalo keras kepala saya tidak merugikan orang lain, it's okay, but sometimes keras kepala ini muncul lalu disusul sifat childish saya. Ending nya ngambek. Jujur, hal ini yang susah untuk saya hilangkan. Keras kepala bukan berarti saya orang yang gak mau ngalah. Saya sering mengalah, hanya saja taraf mempertahankan argumen leih besar daripada mengalahnya :p (sama aja liaaaa -_-) jadi mohon dimaklumi ya, sifat keras kepala ini :D saling mengerti :p
Lalu, gampang cemburu. Sifat gampang cemburu saya ini gak cuma ke -contoh- pacar. Tapi juga bisa ke teman-teman, sahabat, bahkan keluarga. Kadang saya merasa cemburu kalau teman-teman saya kumpul tanpa saya, keluarga kumpul tanpa saya. Merasa nggak dianggap? Jelas. Tapi lebih ke perasaan 'aku kenapa kok ga diajak?'. Padahal bisa saja mereka sudah mengajak saya, hanya saya yang masih sibuk -__- itulah kejelekan dari sifat saya. Mau nya selalu diajak. Tapi akhir-akhir ini, saya merasa sifat gampang cemburu saya sudah berkurang. Ya setidaknya biar gak bisa hilang, sedikit berkurang lah :p
Ada lagi? Ya, ngambek. Itu sifat jelek saya yang kadang saya bisa tertawa sendiri kalau inget. Sejujurnya saya juga heran sama diri saya sendiri. Saya udah tua, tapi bisa ngambek juga. Astagfirullah, mungkin bawaan anak tunggal ya? Dan sampai sekarang ini sifat ngambekan ini masih ada dalam jiwa saya *terdiam*. Entahlah, sama seperti sifat jelek lainnya, saya dalam proses mengurangi kok. Percaya ya teman-teman? *_*
Ada lagi?
Ohya! Cerewet! 
Entahlah, sepertinya banyak orang-orang yang terganggu dengan kecerewetan saya. Tapi percayalah teman-teman, saya cerewet itu menunjukkan bahwa saya ada. Kalau saya ada, dan diam, serius deh kalian ga percaya ini saya. Intinya cerewet itu identitas diri (ngaco! membela diri aja :p)
Aduhh ga sanggup deh rasanya mengumbar sifat sendiri. Selebihnya biar kalian sendiri yang nilai. Kesimpulannya, saya tetap manusia biasa. Kadang salah dan kadang benar. Seperti kalian juga, saya sedang belajar berproses menjadi lebih baik. Untuk menjadi lebih baik, tentu kita butuh masukan dan kritikan dari orang lain untuk membangun diri kita. Saran saya, terima lah semua kritikan yang ada untuk kita, karena kritikan itu bersifat MEMBANGUN.

tertanda: LIA AMELIA MARTIN, gadis biasa yang sedang berPROSES menjalani hidup nya untuk lebih baik, dan berusaha menjadi yang terbaik. BISMILLAH :)

Senin, 28 Januari 2013

Tulang-Tulang Kaki :D

Guys, saya mempunyai sedikit pesan buat kalian. Terutama yang aktif terlebih yang hiperaktif :p tolong berhati-hatilah ketika kalian berada di tanjakan atau tangga. Setidaknya saya pernah mengalami hal konyol dan memalukan (bagi saya) yang membuat saya kadang masih merasa kesakitan.
Beberapa waktu lalu, saya sempat terjatuh dari tanjakan di kampus saya. Padahal hanya ada lima buah anak tangga disana. Tapi, karena TERLALU hiperaktif nya saya, ketika saya melompat untuk foto bersama, tiba-tiba BRUKK. Posisi saya tiba-tiba tersungkur ke bawah dengan dua kaki yang melayang indah di tanjakan. Akibatnya kedua pergelangan kaki saya nyeri, sakit dan njarem. Lalu bersama teman-teman saya dibopong ke kantor Bestari. Sempat dipijet disana. Hal ini sebaiknya dihindari, karena ketika kita mengalami cidera kaki, hal yang harus kita lakukan ialah meluruskan kaki. Bukan malah dipijet. Kurang lebih sepuluh menit, saya lalu pamit pulang ke kos. Saya sempat merendam kedua kaki saya di air hangat lalu pergi tidur. Sore hari, begitu bangun dari tidur, saya merasakan kedua kaki saya sulit untuk bergerak dan untuk menapaki tanah, kesakitan yang luar biasa menghampiri kedua kaki saya. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Saat itu di kos cuma ada saya (tak dipungkiri karena saat itu musim liburan), dan saya hanya bisa menangis pasrah di kamar...
Sampai akhirnya ada teman baik hati mengantarkan saya ke rumah sakit. Dalam perjalanan dari parkir rumah sakit masuk ke ruang dokter, saya jalan dengan pelan. Tertatih-tatih. Dan begitu bertemu dengan dokter, saya menceritakan kronologi kejadiannya, dan dokter menyarankan saya untuk foto rontgen.
Dokter bilang ada tulang di pergelangan kaki kanan saya yang mesle. Akhirnya dokter memasangkan tensocrepe pada pergelangan kaki kanan saya dan menyarankan saya untuk tidak berdiri, berjalan atau bahkan berlari.

 Deg- deg an membuka hasil rontgen 


DAN INI DIA!





Kaki berbalut tensocrepe

Jadi, setelah tensocrepe dipasang, diberi nasehat oleh dokter, saya diizinkan pulang dengan syarat hari Selasa harus kembali untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sebenarnya ini udah kejadian dua mingguan yang lalu, tapi karena saya 'susah' dengan obat, sakitnya masih kerasa sampai sekarang. Dan bahkan, saya sudah tidak berani lari atau melakukan hal konyol lainnya. Buat teman-teman, jaga kesehatan yaa. Kesehatan itu mahal lho :)

Minggu, 27 Januari 2013

Upside Down?

Awalnya gimana ya... hmmm...
Ohya! Beberapa bulan lalu, tepatnya pas film The Raid lagi tayang perdana di bioskop, saya sempat tertarik dengan trailer film yang tayang di sela-sela iklan sebelum The Raid tayang. Yang saya tahu film itu berjudul Upside Down. Pemainnya mungkin tidak asing di telinga teman-teman. Ya, Kristen Dunst dan Jim Sturgess. Di cuplikan trailernya, film itu menceritakan dua dunia. Dunia atas dan dunia bawah. Jadi kalau kita melihat keatas itu awan, di film itu kita bisa menjumpai dunia lain yang HAMPIR SAMA dengan dunia tempat kita berada. Saya sempat membaca sedikit sinopsisnya, kedua dunia di film itu ialah negara yang makmur dan aman. Namun karena tiba-tiba keduanya mengalami kejadian aneh yaitu gravitasi yang terbalik, akibatnya kedua negara itu tidak lagi makmur dan seaman dulu. Buat teman-teman pecinta film genre romantis, jangan salah duga. Meskipun kelihatannya film Upside Down ini bergenre action, namun ada kisah romantis antara kedua manusia dari dua dunia yang berbeda itu. Dsinilah konflik muncul, ketika Eden (Kristen Dunst) dan Adam (Jim Sturgess) berusaha mempertahankan perasaan satu sama lain disela konflik yang melanda dunianya.
Well, karena sampai sekarang saya masih menunggu kapan film itu muncul, dan masih berusaha mencari film itu di rental DVD/VCD, jadi saya belum tahu bagaimana ending nya film itu. Buat teman-teman mungkin yang sudah menonton film nya, sedikit share dong gimana ending ceritanya. Biar gak penasaran :p
Ohya, ini cuplikan yang saya temukan di Youtube:
Buat teman-teman selamat mencari film nya, atau menontonnya ya :p

Rabu, 23 Januari 2013

Bestari :D

Well, sebelum pulang kemarin Kru Bestari mengadakan rapat dengan Pembantu Rektor III UMM, Ibu Diah Karmiyati. Tepat pukul 09.00 WIB di hari Kamis kami, ke 40 Kru Bestari dari Reporter Magang, Reporter Tetap, Fotografer, Layouter, Redaksi Pelaksana, hingga Pimpinan Redaksi berkumpul di kantor. Ehya, tahun ini saya bukan lagi Reporter Magang seperti tahun lalu. Setelah proses UpGrading Bestari di tahun 2012 kemarin, saat ini saya menerima jabatan sebagai Reporter Tetap sekaligus Koordinator Liputan (Korlip) Rubrik Sketsa *bangga*. Rubrik Sketsa itu rubrik yang memberitakan tentang mahasiswa, dosen ataupun karyawan berprestasi atau terbaik di lingkup UMM. Dengan naiknya jabatan, tentunya disertai tanggung jawab yang tinggi. Bismillahirohmanirohim :)
Jadi singkat cerita, ternyata Ibu Diah menunda rapat dengan kami (Kru Bestari) karena beliau masih ada acara besar di Dome. Akhirnya tanpa kedatangan beliau, kami tetap melanjutkan terusan rapat Progres edisi 295. Setelahnya, kami menuju depan SC dan heliped untuk berfoto bersama Kru Bestari yang baru :) Ini moment yang sempat terabadikan:

 Suasana saat Rapat Progres Edisi 295 :)


 Pelaporan Rubrik Sketsa 295 :)


 Foto bersama Pak Nurudin dan Pak Agus di depan SC :D


 Foto Formal :)
Foto Non Formal :)

Saya merasa menemukan orang-orang HEBAT disini. Saya merasa disini hobi saya tersalurkan dan dapat dihargai. Disini saya belajar, belajar tentang sebuah organisasi, belajar tentang sebuah ilmu, belajar tentang sebuah pertemanan, dan tentunya belajar tentang sebuah keberhasilan. Banyak motivasi yang saya dapat dari sini. Banyak harapan yang saya rajut bermula dari sini. Dari sini pula saya BERANI untuk kembali bermimpi. Dari sebuah hobi yang jarang dijadikan suatu pekerjaan, MENULIS :)
Terima Kasih Bestari :)

Liputan Pernik Edisi 294

Hay Guys.
Saya mau sedikit cerita nih, tentang perjalanan liputan Pernik 294. Jadi yang belum tahu, Pernik itu rubrik di koran kampus saya yang bercerita tentang perjalanan, deskripsi tempat, deskripsi kuliner dan semuanya yang ada di kota Malang. Karena kebetulan korlip (koordinator liputan) Pernik, Yogie, teman baik saya, saya diajak sama dia. Jadi, ada tiga kru dari tim pernik. Mereka Yogie, Yahya dan Mbak Devi. Lalu si fotografer Agung, dan yang terkahir Saya juga Wahyu sebagai pengikut. Hehe.
Kami berangkat dari kampus jam 08.00 WIB. Perjalanan ditempuh selama satu setengah jam naik motor. Setibanya di desa Tumpang, kami masuk ke desa-desa kecil hingga ke arah Poncokusumo. Awalnya kami merasa curiga. Karena kami tidak menemukan tempat yang kami tuju. Setelah bertanya pada penduduk sekitar, mereka justru seolah meremehkan kami karena ternyata Air Terjun Sumber Pitu tidak sedekat yang kami bayangkan. Salah satu penduduk juga mengatakan bahwa mustahil membawa kendaraan untuk sampai di Sumber Pitu. Akhirnya kami memutuskan untuk menitipkan motor kami di salah satu rumah penduduk. 
Disinilah perjalanan dimulai :)
Saya, Yogie, Yahya, Mbak Devi, Agung dan Wahyu jalan menuruni anak tangga dipinggir jalan hingga akhirnya kami tiba di sebuah ladang. Itu bukan ladang liar, melainkan ladang penduduk sekitar yang tumbuh subur ditanami berbagai macam tanaman. Penduduk sekitar untungnya orang yang ramah, jadi memudahkan kami untuk mendapatkan informasi mengenai tempat yang kami tuju. Setelah ladang, kami melewati jalan setapak dengan sisi kanan tebing dan sisi kiri jurang. Yogie memberi intruksi kepada kami untuk hati-hati. Karena jalanan yang licin, dan sepatu yang saya pakai tidak terlalu mendukung ditempat seperti ini, saya memperlambat perjalanan. Begitu juga Yogie, karena dia harus mengamati setiap detail tumbuhan dan keadaan disekitar yang nantinya akan ia tulis. Pemandangan kanan kiri begitu alami. Terlihat jelas bagaimana gunung menjulang tinggi, awan biru putih menyertai, juga beberapa pohon yang nampak tumbang akibat hujan tadi malam.Karena kami begitu menikmati suasana pemandangan yang maish alami, saya tidak sadar ketika keempat rekan kami yaitu Yahya, Mbak Devi, Agung dan Wahyu sudah jauh didepan sementara saya dan Yogie tertinggal jauh dibelakang. Bingung? Iya. Terlebih ketika ada jalan bercabang dua, dan saya juga Yogie tidak tahu harus memilih jalan mana yang kami rasa benar. Akhirnya Yogie mencoba berteriak memanggil nama Yahya, begitu juga saya. Suara kami pun terpantul di luasnya hutan. Namun tak berapa lama kami berteriak, kami mendapat sahutan bahwa teman-teman kami sudah ada di jalan setapak bawah kami. Akhirnya saya dan Yogie mengikuti kemana suara itu membawa kami. Terik panas begitu terasa, terlebih rasa haus menggelayuti. Karena saya dan Yogie masih berada jauh dibelakang teman-teman, dan saya tahu diantara saya dan Yogie tidak ada yang membawa minum, akhirnya kami berhenti ketika kami mendapati sumber air, lalu meminumnya. Segar. Tahukah, baru pertama ini saya minum air asli dari pegunungan dan tanpa dimasak. Rasanya, segar :D


Setelah bergantian minum, saya dan Yogie melanjutkan perjalanan. Menemukan teman-teman adalah tujuan kami. Dan tidak berapa lama saya dapat melihat beberapa orang terlihat berjalan pelan didepan kami. Itu mereka :) Setelah bersama, saya mulai memberanikan diri untuk mengeluarkan kamera dan mengabadikan moment-moment disekitar kami :)

 Saya, Mbak Devi dan Agung :D


 Pose dulu di lebatnya hutan belantara :D




Bisa dibayangkan kan betapa mengerikannya? :o

Beberapa langkah perjalanan kami, tiba-tiba Yahya berteriak bahwa dirinya menderngar suara gemericik air. Semangat empat lima kembali menggelayuti perasaan kami ketika kami juga mendengar suara yang sama. Dan alhamdulilah, tepat didepan kami, air terjun yang deras menyapa kami. Kami terpesona dengan ketinggian air terjun yang WOW itu. Karena jarak yang dekat antara bukit kami berada dengan air terjun tidaklah jauh, saya tidak berani mengeluarkan kamera. Saya pun mengambil posisi duduk untuk menikmati air terjun sementara teman-teman melakukan kegiatan hunting berita. Namun, dengan sigapnya Yogie berkata, "Perjalanan belum berakhir rek! Bukan ini ayng kita cari, tapi air terjun sumber pitu dibalik bukit itu," ujarnya sambil menunjuk sebuah bukit di seberang sungai. OH TUHAN. Lelah dan senang yang menggelayuti tetap saya simpan dalam hati. Saya segera beranjak dan mengikuti teman-teman didepan saya. Menuruni bukit yang curam dengan tanah yang licin. Sempat perhatian saya teralihkan, membuat saya tidak konsentrasi dan akhirnya terjatuh. Namun Yogie segera membantu saya, akhirnya saya dapat langsung berdiri dan menjaga keseimbangan. Selanjutnya, dalam menyebrangi sungai, naik bukit, dan turun bukit lagi saya tidak berani sembrono. Ekstra hati-hati.
Perjalanan kali ini tidaklah lama seperti tadi. Pas sepuluh menit, kami tiba di air terjun sumber pitu. Subhanallah, ini baru yang namanya air terjun. Ciptaan Tuhan yang tak terdeskripsikan. Air yang turun dari tujuh sisi dan berkumpul dibawahnya membentuk kubangan hingga akhirnya menuju sungai. Sayang, ketika kami kesana air tidak sebening seperti yang kami lihat di internet. Tapi disinilah kami sekarang. Dengan perjuangan yang hebat :)








Setelah dirasa teman-teman cukup mengumpulkan informasi tentang air terjun sumber pitu, dan melihat keadaan cuaca yang sudah mulai nampak mendung, kami pun memutuskan kembali. Oke, kami kembali mengumpulkan semangat. Mendaki gunung lewati lembah. Berkali-kali saya terngiang dengan kata-kata dari film 5CM ketika akan kembali ke rumah penduduk dimana motor kami berada.

"Yang kita perlu sekarang, cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
leher yang akan lebih sering melihat keatas dari biasanya,
lapisan tekad yang seribu kali keras dari baja,
dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa"

5CM

:)