Kamis, 14 Maret 2013

Tentang BESTARIku :)

Ketertarikan itu berawal dari tawaran salah satu teman kos lama saya yang mengenalkan Bestari pada saya. Awalnya saya ragu untuk mengikuti seleksi reporter kampus itu. Namun semangat teman yang lebih menggebu dari saya dan optimisme teman saya itu kemudian membuat saya untuk tertarik mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan oleh Bestari.
Waktu itu, Mei 2011 saya daftar menjadi Reporter Bestari UMM. Saat itu saya menjadi pendaftar terakhir :D Keikutsertaan ini merupakan langkah yang saya ambil tanpa pikir panjang dan tanpa pula saya pikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Cuek. Apa yang ada, hadapi!
Hingga akhirnya saat diklat hari pertama, saya bertemu dengan Mbak Ira (orang yang lebih dulu saya kenal sebelum di Bestari) yang ternyata juga mengikuti diklat Bestari. Lalu juga ada Tantri, teman sekelas saya. Jujur, di hari pertama diklat saya sudah merasa minder. Karena saya merasa peserta lain banyak yang jauh lebih baik daripada saya. Pesimis pun sempat muncul. Namun hati juga tak tergerak untuk ingin mengakhiri diklat ini. Dan saya pun terus maju :)
Diklat Bestari berlangsung selama empat hari. Setiap hari Sabtu-Minggu dan Sabtu-Minggu di minggu berikutnya. Setelah mengikuti diklat, panitia Bestari juga harus memilih peserta yang lolos untuk mengikuti tahap selanjutnya, yaitu tes tulis dan tes wawancara. Saya tidak berharap banyak. Namun ternyata Tuhan kembali membangkitkan semangat saya begitu saya melihat nama saya ada di daftar peserta yang berhak mengikuti tes tulis. Alhamdulilah :)
Tes tulis berlangsung hari Sabtu dari pukul 08.00 WIB - 14.00 WIB. Saat itulah saya bertemu dengan Nikmah (teman HMJ) yang ternyata juga lolos mengikuti tes tulis. Kami berjuang bersama :)
Tidak banyak yang saya harapkan dari tes tulis itu. Saya hanya bisa menjawab apa yang saya bisa. Saat itupun saya berpikir, Tuhan selalu memberikan tempat yang terbaik buat kita. Jika memang nanti saya lolos menjadi Reporter Bestari UMM, mungkin memang disinilah tempat saya. Namun jika tidak, ada tempat yang lebih baik bukan? :)
Dan ternyata Tuhan menjawab keraguan saya :) nama saya terdaftar diantara 40 nama peserta yang berhak mengikuti tes wawancara. Alhamdulilah :)
Akhirnya, di hari Sabtu minggu depannya saya mengikuti tes wawancara. Saat itu saya bersama Nikmah. Nikmah mengajak seorang teman yang kemudian juga ikut bergabung dengan kami. Namanya Yogie. Dan ternyata Yogie juga mahasiswa Ilmu Komunikasi. 
Tes wawancara itu merupakan saat-saat tertantang. Terlebih ketika peserta diminta untuk meragakan gaya reporter sambil membawakan berita tanpa naskah. waow! :D
Tes wawancara berakhir.
Selang beberapa hari kemudian saya mendapatkan informasi bahwa pengumuman peserta yang lolos di Bestari sudah ada. Hari itu juga saya menyempatkan diri untuk singgah ke kantor Bestari. Dan, nama LIA AMELIA MARTIN tertera di nomor ke 12. Alhamdulilah :)



Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Setiap tahun, Bestari selalu mengalami pergantian reporter. Dimana reporter yang sudah semester atas digantikan dengan reporter muda. Tahun ini, 2013, tepat dua tahun saya berada di Bestari. Meskipun akan segera pensiun, saya merasa jiwa saya masih ada disini. Tempat dimana saya menemukan orang-orang yang berpikiran sejalan dengan pikiran saya. Well, ada awal, dan ada akhir juga kan? :)
Untuk semua Kru Bestari UMM ku, terima kasih atas pengalaman dan pelajaran yang pernah saya dapat dari kalian. Disinilah saya mendapat ilmu diluar lingkup dunia perkuliahan :')


:)


Selasa, 12 Maret 2013

Kesempatan yang Sama, Usaha yang Beda.

:)
Sedikit share aja sih, tentang sesuatu yang saya pikirkan akhir-akhir ini. Semoga bermanfaat.

Hidup kita, sama hal nya dengan hidup mereka. Kita memiliki kesempatan yang sama dengan yang mereka dapat. Ketika baru lahir, kita menghirup udara yang sama dengan kebanyakan bayi. Namun ada beberapa bayi yang -mungkin- lahir dengan persalinan tidak normal harus dibantu dengan alat pernafasan.
Saat menginjak balita, mainan yang kita mainkan juga sama dengan balita lain. Kita bermain boneka, mobil-mobilan dan mungkin tak jarang pula kita bisa menikmati permainan di timezone yang ada di mol-mol. Namun ada beberapa balita yang mungkin hanya berdiam sambil asyik menikmati permainan lainnya.
Ketika memasuki bangku sekolah, apa yang kita terima sama seperti hal nya apa yang murid lain terima. Entah kita bersekolah di sekolah bertaraf internasional sekalipun, perbedaan yang mencolok terlihat pada niat.
Saat memasuki jenjang akhir dunia pendidikan, mungkin ada beberapa dari kita yang beruntung bisa melanjutkan pendidikan namun ada beberapa yang memilih jalan lain :)

Hidup. Tuhan memberi makhlukNya fasilitas dan kapasitas yang sama tanpa membedakan. Kesempatan yang sama. Hanya, usaha yang dilakukan oleh umatNya, itulah yang membedakan setiap manusia di mata Tuhan. Terlebih, usaha memperbaiki dan menjaga hati :)

Minggu, 10 Maret 2013

Resensi Bestari :)

Media Massa dan Kehidupannya

            Semua orang tahu media massa ialah alat penghubung antara masyarakat  satu dengan masyarakat lain melalui penyampaian informasi. Dengan media massa lah, seseorang dapat mengetahui informasi sekalipun itu dalam lingkup wilayah yang kecil. Di zaman yang serba canggih ini, media massa sudah tidak asing lagi di telinga kita . Bahkan peran media massa yang semula hanya penyampaian informasi kini menjadi multifungsi. Saat ini kita tidak lagi kesulitan untuk mencari dan mendapatkan informasi, media massa telah menjadi ‘tetangga’ bagi kita.
            Melalui bukunya yang berjudul Tuhan Baru Masyarakat Cyber di Era Digital, Nurudin menyampaikan tentang kilas balik kehidupan media massa dengan beberapa contoh kasus yang disertakannya. Dengan judul Peran Media Massa dalam Menanggulangi Bencana , penulis mengajak pembaca untuk melihat sisi lain sebuah media massa. Media massa tidak hanya sebagai penyampaian informasi tetapi juga berperan dalam memajukan  sejarah peradaban dan kecerdasan manusia. Asumsi tersebut dianalogikan bahwa media massa berperan besar dalam memulihkan bencana alam beberapa tahun lalu di Jogja. Artinya, dengan kekuatan media massa dalam memberitakan, tak sedikit masyarakat berbondong untuk memberikan bantuan doa, tenaga dan materi.  Dengan mengutip pendapat Harold D. Laswell (1948), media massa juga mempunyai fungsi surveillance of the environment (pengawasan lingkungan) yang beroperasi dalam dua cara, yakni warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental) (hal, 59-60).
            Nurudin tidak hanya menjelaskan tentang peran dan fungsi ‘tetangga’ kita, tetapi juga menjelaskan pergeseran fungsi yang dialami oleh ‘tetangga’ kita. Dalam judul Menyoal  Jurnalisme Sensasional, kemunculan majalah Play Boy sempat menjadi kontroversi karena isinya yang tidak sesuai/cocok dengan masyarakat di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Terbitnya majalah Play Boy pertama kali pada 6 April 2006 lalu seolah menunjukkan bahwa media massa kita mengalami pergeseran dari yang semula media penyampaian informasi menjadi media ‘pornoaksi’. Berawal dari sinilah, istilah jurnalisme sensasional kembali mencuat.
            Dengan gaya bahasanya yang ringan dan mudah dipahami, buku ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat yang antusias terhadap media massa, terlebih yang ingin mengkritisi media massa saat ini. Penulis menambahkan beberapa kasus yang diselipkan di beberapa sub judul. Kasus ini yang nantinya akan kita selami untuk selanjutnya kita tahu kebenarannya.
            Pembaca seolah dibuat penasaran dengan istilah ‘Tuhan Baru” dalam judul besar bukunya. Dalam judul: Facebook, Tuhan Baru Masyarakat Cyber lah jawabannya. Penulis mengakronimkan Facebook sebagai Tuhan Baru masyarakat cyber. Seolah berkaca dengan perkembangan zaman yang serba canggih seperti saat ini, masyarakat yang terhipnotis dengan dunia maya menganggap bahwa Facebook adalah Tuhannya. Tempat mengadu dan bercerita. Namun, penulis mengharapkan kita (pengguna sosial media terutama Facebook)  untuk menggunakan Facebook sewajarnya saja. Jadi, manfaat dan tidak manfaat Facebook sangat bergantung dengan si pengguna.
            Di tema akhir, Media Massa Ideal itu Omong Kosong dengan judul: Saatnya, Melakukan Social Punisment pada Televisi , penulis mengajak kita untuk melakukan social punisment (hukuman sosial). Artinya, tontonlah acara di televisi yang memang layak untuk kita tonton. Karena cara ini juga untuk mendidik masyarakat bersikap dewasa, bijak, konsisten, dan kritis terhadap acara-acara di televisi (hal, 231).



           
Judul Buku                             : Tuhan Baru Masyarakat Cyber di Era Digital
Penulis                                    : Nurudin
Penerbit                                 : Aditya Media Publishing
Tahun Terbit                         : November, 2012
Jumlah Halaman                    : 238 halaman
Peresensi                               : Lia Amelia Martin
                                                  Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
                                                  FISIP, UMM.