Rabu, 23 Januari 2013

Liputan Pernik Edisi 294

Hay Guys.
Saya mau sedikit cerita nih, tentang perjalanan liputan Pernik 294. Jadi yang belum tahu, Pernik itu rubrik di koran kampus saya yang bercerita tentang perjalanan, deskripsi tempat, deskripsi kuliner dan semuanya yang ada di kota Malang. Karena kebetulan korlip (koordinator liputan) Pernik, Yogie, teman baik saya, saya diajak sama dia. Jadi, ada tiga kru dari tim pernik. Mereka Yogie, Yahya dan Mbak Devi. Lalu si fotografer Agung, dan yang terkahir Saya juga Wahyu sebagai pengikut. Hehe.
Kami berangkat dari kampus jam 08.00 WIB. Perjalanan ditempuh selama satu setengah jam naik motor. Setibanya di desa Tumpang, kami masuk ke desa-desa kecil hingga ke arah Poncokusumo. Awalnya kami merasa curiga. Karena kami tidak menemukan tempat yang kami tuju. Setelah bertanya pada penduduk sekitar, mereka justru seolah meremehkan kami karena ternyata Air Terjun Sumber Pitu tidak sedekat yang kami bayangkan. Salah satu penduduk juga mengatakan bahwa mustahil membawa kendaraan untuk sampai di Sumber Pitu. Akhirnya kami memutuskan untuk menitipkan motor kami di salah satu rumah penduduk. 
Disinilah perjalanan dimulai :)
Saya, Yogie, Yahya, Mbak Devi, Agung dan Wahyu jalan menuruni anak tangga dipinggir jalan hingga akhirnya kami tiba di sebuah ladang. Itu bukan ladang liar, melainkan ladang penduduk sekitar yang tumbuh subur ditanami berbagai macam tanaman. Penduduk sekitar untungnya orang yang ramah, jadi memudahkan kami untuk mendapatkan informasi mengenai tempat yang kami tuju. Setelah ladang, kami melewati jalan setapak dengan sisi kanan tebing dan sisi kiri jurang. Yogie memberi intruksi kepada kami untuk hati-hati. Karena jalanan yang licin, dan sepatu yang saya pakai tidak terlalu mendukung ditempat seperti ini, saya memperlambat perjalanan. Begitu juga Yogie, karena dia harus mengamati setiap detail tumbuhan dan keadaan disekitar yang nantinya akan ia tulis. Pemandangan kanan kiri begitu alami. Terlihat jelas bagaimana gunung menjulang tinggi, awan biru putih menyertai, juga beberapa pohon yang nampak tumbang akibat hujan tadi malam.Karena kami begitu menikmati suasana pemandangan yang maish alami, saya tidak sadar ketika keempat rekan kami yaitu Yahya, Mbak Devi, Agung dan Wahyu sudah jauh didepan sementara saya dan Yogie tertinggal jauh dibelakang. Bingung? Iya. Terlebih ketika ada jalan bercabang dua, dan saya juga Yogie tidak tahu harus memilih jalan mana yang kami rasa benar. Akhirnya Yogie mencoba berteriak memanggil nama Yahya, begitu juga saya. Suara kami pun terpantul di luasnya hutan. Namun tak berapa lama kami berteriak, kami mendapat sahutan bahwa teman-teman kami sudah ada di jalan setapak bawah kami. Akhirnya saya dan Yogie mengikuti kemana suara itu membawa kami. Terik panas begitu terasa, terlebih rasa haus menggelayuti. Karena saya dan Yogie masih berada jauh dibelakang teman-teman, dan saya tahu diantara saya dan Yogie tidak ada yang membawa minum, akhirnya kami berhenti ketika kami mendapati sumber air, lalu meminumnya. Segar. Tahukah, baru pertama ini saya minum air asli dari pegunungan dan tanpa dimasak. Rasanya, segar :D


Setelah bergantian minum, saya dan Yogie melanjutkan perjalanan. Menemukan teman-teman adalah tujuan kami. Dan tidak berapa lama saya dapat melihat beberapa orang terlihat berjalan pelan didepan kami. Itu mereka :) Setelah bersama, saya mulai memberanikan diri untuk mengeluarkan kamera dan mengabadikan moment-moment disekitar kami :)

 Saya, Mbak Devi dan Agung :D


 Pose dulu di lebatnya hutan belantara :D




Bisa dibayangkan kan betapa mengerikannya? :o

Beberapa langkah perjalanan kami, tiba-tiba Yahya berteriak bahwa dirinya menderngar suara gemericik air. Semangat empat lima kembali menggelayuti perasaan kami ketika kami juga mendengar suara yang sama. Dan alhamdulilah, tepat didepan kami, air terjun yang deras menyapa kami. Kami terpesona dengan ketinggian air terjun yang WOW itu. Karena jarak yang dekat antara bukit kami berada dengan air terjun tidaklah jauh, saya tidak berani mengeluarkan kamera. Saya pun mengambil posisi duduk untuk menikmati air terjun sementara teman-teman melakukan kegiatan hunting berita. Namun, dengan sigapnya Yogie berkata, "Perjalanan belum berakhir rek! Bukan ini ayng kita cari, tapi air terjun sumber pitu dibalik bukit itu," ujarnya sambil menunjuk sebuah bukit di seberang sungai. OH TUHAN. Lelah dan senang yang menggelayuti tetap saya simpan dalam hati. Saya segera beranjak dan mengikuti teman-teman didepan saya. Menuruni bukit yang curam dengan tanah yang licin. Sempat perhatian saya teralihkan, membuat saya tidak konsentrasi dan akhirnya terjatuh. Namun Yogie segera membantu saya, akhirnya saya dapat langsung berdiri dan menjaga keseimbangan. Selanjutnya, dalam menyebrangi sungai, naik bukit, dan turun bukit lagi saya tidak berani sembrono. Ekstra hati-hati.
Perjalanan kali ini tidaklah lama seperti tadi. Pas sepuluh menit, kami tiba di air terjun sumber pitu. Subhanallah, ini baru yang namanya air terjun. Ciptaan Tuhan yang tak terdeskripsikan. Air yang turun dari tujuh sisi dan berkumpul dibawahnya membentuk kubangan hingga akhirnya menuju sungai. Sayang, ketika kami kesana air tidak sebening seperti yang kami lihat di internet. Tapi disinilah kami sekarang. Dengan perjuangan yang hebat :)








Setelah dirasa teman-teman cukup mengumpulkan informasi tentang air terjun sumber pitu, dan melihat keadaan cuaca yang sudah mulai nampak mendung, kami pun memutuskan kembali. Oke, kami kembali mengumpulkan semangat. Mendaki gunung lewati lembah. Berkali-kali saya terngiang dengan kata-kata dari film 5CM ketika akan kembali ke rumah penduduk dimana motor kami berada.

"Yang kita perlu sekarang, cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
leher yang akan lebih sering melihat keatas dari biasanya,
lapisan tekad yang seribu kali keras dari baja,
dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa"

5CM

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar