Media Massa dan Kehidupannya
Semua orang tahu media massa
ialah alat penghubung antara masyarakat satu dengan masyarakat lain melalui
penyampaian informasi. Dengan media massa lah, seseorang dapat mengetahui
informasi sekalipun itu dalam lingkup wilayah yang kecil. Di zaman yang serba
canggih ini, media massa sudah tidak asing lagi di telinga kita . Bahkan peran
media massa yang semula hanya penyampaian informasi kini menjadi multifungsi. Saat
ini kita tidak lagi kesulitan untuk mencari dan mendapatkan informasi, media
massa telah menjadi ‘tetangga’ bagi kita.
Melalui bukunya yang berjudul Tuhan
Baru Masyarakat Cyber di Era Digital, Nurudin menyampaikan tentang kilas balik
kehidupan media massa dengan beberapa contoh kasus yang disertakannya. Dengan
judul Peran Media Massa dalam
Menanggulangi Bencana , penulis mengajak pembaca untuk melihat sisi lain
sebuah media massa. Media massa tidak hanya sebagai penyampaian informasi
tetapi juga berperan dalam memajukan
sejarah peradaban dan kecerdasan manusia. Asumsi tersebut dianalogikan
bahwa media massa berperan besar dalam memulihkan bencana alam beberapa tahun
lalu di Jogja. Artinya, dengan kekuatan media massa dalam memberitakan, tak
sedikit masyarakat berbondong untuk memberikan bantuan doa, tenaga dan
materi. Dengan mengutip pendapat Harold
D. Laswell (1948), media massa juga mempunyai fungsi surveillance of the environment (pengawasan lingkungan) yang
beroperasi dalam dua cara, yakni warning
or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental) (hal, 59-60).
Nurudin tidak hanya menjelaskan
tentang peran dan fungsi ‘tetangga’ kita, tetapi juga menjelaskan pergeseran
fungsi yang dialami oleh ‘tetangga’ kita. Dalam judul Menyoal Jurnalisme Sensasional, kemunculan
majalah Play Boy sempat menjadi
kontroversi karena isinya yang tidak sesuai/cocok dengan masyarakat di
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Terbitnya majalah Play Boy pertama kali pada 6 April 2006 lalu seolah menunjukkan
bahwa media massa kita mengalami pergeseran dari yang semula media penyampaian
informasi menjadi media ‘pornoaksi’. Berawal dari sinilah, istilah jurnalisme
sensasional kembali mencuat.
Dengan gaya bahasanya yang ringan
dan mudah dipahami, buku ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat yang
antusias terhadap media massa, terlebih yang ingin mengkritisi media massa saat
ini. Penulis menambahkan beberapa kasus yang diselipkan di beberapa sub judul.
Kasus ini yang nantinya akan kita selami untuk selanjutnya kita tahu kebenarannya.
Pembaca seolah dibuat penasaran
dengan istilah ‘Tuhan Baru” dalam judul besar bukunya. Dalam judul: Facebook, Tuhan Baru Masyarakat Cyber lah jawabannya. Penulis mengakronimkan
Facebook sebagai Tuhan Baru masyarakat cyber. Seolah berkaca dengan
perkembangan zaman yang serba canggih seperti saat ini, masyarakat yang
terhipnotis dengan dunia maya menganggap bahwa Facebook adalah Tuhannya. Tempat
mengadu dan bercerita. Namun, penulis mengharapkan kita (pengguna sosial media
terutama Facebook) untuk menggunakan
Facebook sewajarnya saja. Jadi, manfaat dan tidak manfaat Facebook sangat
bergantung dengan si pengguna.
Di tema akhir, Media Massa Ideal itu
Omong Kosong dengan judul: Saatnya,
Melakukan Social Punisment pada Televisi , penulis mengajak kita untuk
melakukan social punisment (hukuman
sosial). Artinya, tontonlah acara di televisi yang memang layak untuk kita
tonton. Karena cara ini juga untuk mendidik masyarakat bersikap dewasa, bijak,
konsisten, dan kritis terhadap acara-acara di televisi (hal, 231).
Judul Buku : Tuhan Baru
Masyarakat Cyber di Era Digital
Penulis : Nurudin
Penerbit : Aditya Media
Publishing
Tahun Terbit : November, 2012
Jumlah Halaman : 238 halaman
Peresensi : Lia Amelia
Martin
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP, UMM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar